* Tehnik Menghapal yang Membuat Saya Gagal
Ini hal lain yang saya temukan di film 3 Idiots, yaitu tentang
gagasan ketidaksetujuan atas metode menghapal yang kerap terjadi dalam
dunia pendidikan di India. Nyatanya, model seperti itu pun kerap ada di
dunia pendidikan di Indonesia.
Saya sendiri termasuk satu dari sekian korban tentang keharusan
memiliki kemampuan menghapal di dalam dunia pendidikan Indonesia. Hal
yang saya ingat dengan sangat adalah tentang gagalnya saya masuk ke
dalam jurusan IPA karena nilai saya yang sering jeblok atau pas-pasan.
Semua bermuasal dari kapasitas saya yang memang tidak memiliki kemampuan
bagus dalam hal menghapal rumus.
Metode menghapal memang melemahkan hasil nilai saya untuk urusan
pelajaran sains. Saya yang tergila-gila dengan Fisika sejak di kelas 1
SMA, akhirnya harus kerap mendapat hadiah nilai 6 di rapot karena guru
Fisika favorit saya tidak bisa mendobrak sistem pengolahan nilai.
Sementara jika andai saja beliau sangat taat azas dengan urusan hanya
menilai siswa dengan mengolah nilai yang ada, saya yakin, saya bisa
lebih parah dari angka 6 untuk nilai Fisika yang terpajang di raport
saya.
Guru Fisika yang kerap mengajak muridnya untuk berpikir secara nalar
dan faktual meski berdasarkan rumus itu memang sangat tahu sekali jika
saya sangat menyukai Fisika. Dalam sesi mengerjakan latihan soal, saya
memang kerap mengacungkan jari untuk menjawab karena saya sudah memiliki
jawaban-jawabannya dari hasil mengutak-atik yang sering saya lakukan
tanpa kenal waktu saat di rumah.
Kerap hingga malam atau bahkan dini hari, saya begitu hobi mengutak
atik rumus, mengombinasikan satu dengan yang lain, demi memecahkan soal
cerita yang ada. Rasanya begitu mengasyikkan, seperti asyiknya bermain
sebuah games.
Nyatanya, saya yang kerap bisa menjawab pertanyaan dibandingkan
dengan teman-teman saya di kelas, harus menerima kekalahan di nilai
angka ujian. Saya yang lemah menghapal, dan tidak mau ikut-ikutan aksi
mencotek rumus saat ulangan, kerap harus menerima melihat angka 6 di
raport untuk urusan nilai Fisika, mata pelajaran yang sangat saya cinta!
Hingga akhirnya ketika saya diberikan kesempatan oleh Allah untuk
bisa menjadi dosen, saya manfaatkan kesempatan itu untuk tidak menekan
mahasiswa saya agar mereka harus bisa karena menghapal.
“Toh nanti jika kalian kerja, apa kalian harus diminta menghapal dan
tidak boleh melihat catatan tentang apa yang seharusnya? Nggak kan?
Kalian diminta untuk memahami, menganalisis, bukan menghapal!” demikian
yang saya tekankan.
Akhirnya ketika ujian, saya sering meminta mahasiswa saya untuk
membuka buku ketika mengerjakan. Sayang, berkali-kali saya meminta
mereka untuk paham dan bukan menghapal, telah begitu sulit mereka
mengerti hanya karena pola menghapal yang sudah menjajah sejak mereka SD
dan benar-benar telah mencengkeram otak mereka. Jawaban-jawaban ujian
yang tidak ada di buku atau catatan, soal-soal yang bersifat menelaah
atau analisis, tidak mereka kerjakan dengan baik hanya karena mereka
merasa, “Ah, toh ujian nanti open book, jadi bisa lihat jawabannya di
catatan.” Sebuah pemahaman yang salah besar!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar