Rahbar menyinggung penyebab dan faktor pemicu pasang surutnya sebagian kelompok Palestina dan penyelewengan mereka dari jalan perjuangan yang didukung rakyat. "Pasang surut resistensi Muqawama hingga penyerahan sebagian kelompok kepada dialog rekonsiliasi dan pengkhianatan sebagian rezim Arab yang menyepakati perjanjian Camp David di Mesir, merupakan titik balik terbentuknya gerakan-gerakan Muqawama bangsa Palestina demi menggapai hak-hak mereka yang telah diinjak-injak," tegas Pemimipin Besar Revolusi Islam Iran.
Rahbar juga menilai transformasi penting seperti kekalahan memalukan militer rezim Zionis Israel di Lebanon Selatan dan kegagalan rezim ini di Jalur gaza merupakan kemenangan yang gemilang rakyat Palestina dalam membela hak-haknya.
Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei menganggap rencana Otorita Palestina saat ini merupakan penyerahan kepada keinginan Israel dan pengabaian terhadap hak-hak para pengungsi Palestina. "Hak-hak bangsa Palestina yang harus terpenuhi tidak hanya pembebasan sebagian tanah Palestina saja, namun hak mereka terhadap seluruh tanah Palestina," ungkap beliau.
Seraya menolak segala bentuk rencana Amerika dan Israel untuk membagi-bagi wilayah Palestina, Rahbar menambahkan bahwa rencana tersebut berarti mengabaikan hak-hak para pengungsi Palestina dan bertentangan dengan hak bangsa ini yang tinggal pada tahun 1948. "Rencana itu juga bermakna membiarkan adanya tumor kanker di kawasan dan terulangnya kembali kesengsaraan puluhan tahun bangsa Palestina,"tuturnya.
Rahbar menilai sikap Republik Islam Iran dalam menyelesaikan masalah Palestina sangat jelas dan logika Iran sama dengan konvensi internasional. Iran tidak menawarkan perang klasik dengan mengerahkan pasukan Islam, dan melemparkan para Yahudi ke laut atau menawarkan pemeritahan kepada lembaga internasional, tetapi Iran menawarkan referendum rakyat Palestina, sebab bangsa Palestina mempunyai hak menentukan sendiri nasibnya. Semua rakyat Palestina, baik Muslim maupun Kristen kecuali para imigran asing, harus ikut dalam referendum itu. Dalam proses ini, nasib mereka yang telah berimigrasi ke Palestina harus ditentukan.
Dalam pidatonya, rahbar juga menyinggung pidato Presiden AS, Barack Obama yang mengatakan bahwa Israel adalah garis merah Amerika. "Pernyataan itu memunculkan pertanyaan bahwa siapa yang menggambar garis merah tersebut? Apakah garis itu berdasarkan kepentingan rakyat Amerika, atau hanya kebutuhan Presiden Amerika kepada dukungan lobi-lobi Zionis Israel untuk menyukseskan dan menjaga kekuasaannya di pemilu kedua?" kata Rahbar menyoal.
Rahbar juga menilai bahwa pondasi dan sumber segala bentuk problem ekonomi, sosial dan moral di Eropa dan Amerika menunjukkan dominasi gurita Zionis di dalam pemerintah negara-negara tersebut.
Konferensi Internasional Solidaritas Palestina ke-5 digelar hari ini (Sabtu, 1/10) di Tehran, Iran. Pertemuan itu dihadiri lebih dari 50 delegasi parlemen, cendekiawan, pengamat dan politikus negara-negara Islam dan non-Muslim. Rencananya konferensi tersebut berlangsung dua hari.(IRIB/RA/PH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar