Monarki Jogja
Dalam demokrasi di 11 Desember 2010 pada 3:07 am
Demokrasi
di Indonesia kembali harus diuji dengan munculnya keinginan beberapa
warga di Jogja agar Sri Sultan sebaiknya langsung ditetapkan saja
sebagai Gubernur tanpa harus melalui tahapan pilkada. Silang pendapat
ini muncul setelah dalam rapat kabinet Presiden SBY menyinggung masalah
sistim pemerintahan yang tidak boleh bertentangan dengan demokrasi,
yakni monarki.
Pernyataan ini sontak memicu reaksi dari warga Jogja pendukung
penetapan Sri Sultan sebagai Gubernur. Dari bentuk protes hingga
munculnya relawan-relawan yang mendesak segera diadakannya referendum
bagi warga Jogja.
Ditilik dari sisi demokrasi tentu keinginan agar Gubernur Jogja langsung ditetapkan tentunya bisa mengusik rasa keadilan bagi daerah lainnya. Dimana kita tahu selama ini para gubernur, walikota maupun bupati dipilih secara demokratis melalui pilkada. Apa jadinya jika salah satu daerah diberi keistimewaan dalam pengisian jabatan-jabatan politis.
Keinginan seperti itu tentu saja biasa di alam demokrasi. Dalam sebuah negara yang menjunjung tinggi asas-asas demokrasi, perbedaan pendapat adalah mutlak adanya. Hanya saja perlu digarisbawahi, bahwa demokrasi juga mempunyai bingkai hukum yang harus ditaati bersama. Sepanjang semua pihak bisa menghormatinya itu sangat berpengaruh bagi eksistensi dari sebuah sistim demokrasi.
Jogjakarta menyimpan banyak kisah sejarah yang tak terpisahkan dengan republik ini. Tetapi sekali lagi, penghormatan terhadap nilai-nilai historis tetap harus selaras dengan asas-asas demokrasi yang kita anut selama ini. Berikanlah penghormatan itu pada tempat yang semestinya tanpa harus mengorbankan bingkai negara kita.
Rancangan Undang-Undang Keistimewaan Jogjakarta adalah batu ujian bagi demokrasi di Indonesia. Semua pihak bisa menjadikan ini sebagai bahan dalam mencari esensi demokrasi yang ideal dan sesuai dengan taste ke-Indonesiaan kita bersama.
Peranan dari Sri Sultan sangat dibutuhkan guna mereduksi adanya
pemahaman yang melenceng akan diskursus demokrasi-monarki ini. Dan
melihat dinamika persoalan ini, tak menutup kemungkinan isu seperti ini
hendak dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk pencapaian
agenda politisnya. Wallahu alam bissawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar