Selasa, 24 Juli 2012

Artikel Pendek

SBY Takut RMS

Dalam catatan pendek di 19 Oktober 2010 pada 1:05 am

      Presiden SBY membatalkan kunjungannya ke Belanda karena takut dengan RMS. Desas desus beredar kalau beliau akan ditangkap setiba di negeri kincir angin tersebut. Serunya! Pembatalan ini justru terjadi ketika iring-iringan rombongan presiden sedang menuju Halim Perdana Kusuma.
Dalam keadaan begini, sontak membangkitkan rasa nasionalis kita. Ada urusan apa Belanda kok tiba-tiba mau menangkap presiden kita. Ini sama saja kalau mereka menginjak-injak harga diri kita sebagai sebuah negara berdaulat. Presiden adalah simbol negara yang harus dijaga, baik itu di negeri sendiri maupun di luar negeri.
    Pemerintah Belanda tidak seharusnya memberi peluang kepada gerakan separatis RMS. Apalagi jika sampai membahayakan keselamatan tamu negaranya. Kalau hal seperti ini dibiarkan bisa saja memicu ketegangan hubungan antara kedua negara.
Toh selama ini perlakuan pemerintah terhadap tamu-tamu negara termasuk Belanda sudah sangat baik. Keselamatan tamu negara, baik itu presiden maupun pejabat lainnya selalu menajdi prioritas penting.
Presiden SBY pun seyogyanya tak perlu takut dengan gertakan dari RMS. Sedikit saja kita memperlihatkan rasa “takut” bagi mereka sudah berarti kemenangan besar. Mereka selama ini berusaha memainkan isu di luar negeri karena memang di tanah air sendiri “jualan” tersebut sudah kurang laku lagi. Masyarakat sudah cerdas memilih mana dan tidak gampang lagi dipropaganda.

     Masalahnya, sisa-sisa pendukung RMS yang nota bene adalah mantan KNIL tetap menuntut tanah harapan yang telah dijanjikan. Inilah sebenarnya substansial dari munculnya gerakan separatis RMS. Bisa saja pemerintah meninjau kembali tuntutan tanah yang dijanjikan tersebut dengan syarat mutlak tidak mengorbankan NKRI.

    Pemerintah Belanda pun tidak punya hak untuk mengatur apalagi mengobok-obok kedaulatan negara kita. Dengan mencoba meminjam kaki tangan RMS di pengasingan bukan berarti mereka leluasa memainkan peran ganda. Indonesia tentuya harus tegas dalam hal kedaulatan negara. Negara manapun yang mencoba mengintervensinya tentu tidak bisa ditolerir.
     Pemutusan kerjasama yang terbatas antar kedua negara bisa saja ditempuh guna mengingatkan bahwa kita tidak main-main dengan kedaulatan negara. Hal ini harus dilakukan untuk memperlihatkan kepada negara lain bahwa Indonesia tidak suka dengan perlakuan seperti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar