Pada awalnya para ahli
biologi berpikir bahwa organel sel eukariotik mengambang bebas dalam
sitosol. Tetapi penyempurnaan mikroskop cahaya dan mikroskopi elektron
telah mengungkapkan adanya jalinan serabut yang membentang di seluruh
sitoplasma berbentuk benang-benang halus yang disebut filamen.
Filamen-filamen ini teranyam membentuk suatu jejala atau rerangka yang
disebut sitoskeleton.
Peran Sitoskeleton
1. Memberi bentuk dan mempertahankan struktur sel.
Jelas sekali peranannya sangat diperlukan seperti pada sel hewan yang tidak memiliki dinding sel. Sitoskeleton distabilkan oleh keseimbangan antara gaya-gaya yang berlawanan yang dikerahkan oleh unsur–unsurnya
2. Penempatan berbagai organel dalam sel
Fungsinya dapat dibayangkan seperti rangka hewan secara umumnya, sitoskeleton merupakan tempat
bergantung banyak organel bahkan molekul enzim sitosol. Namun,
sitoskeleton lebih dinamis daripada rangka hewan. Sitoskeleton dapat
secara cepat dibongkar pasang atau disusun di tempat baru, yang mengubah
bentuk sel tersebut.
3. Motilitas sel.
Sitoskeleton adalah suatu jalinan yang dinamis yang dapat berubah bentuk dan akibatnya adalah gerakan sel. Motilitas (
gerak ) sel mencakup perubahan tempat sel maupun pergerakan bagian sel
yang lebih terbatas. Motilitas sel membutuhkan interaksi sitoskeleton
dengan protein yang disebut molekul motor.
4. Pergerakan materi-materi dan organel dalam sel.
Molekul
motor dapat melekat pada reseptor organel, membuat organel tersebut
bisa “berjalan” di sepanjang mikrotubula sitoskeletonnya. Seperti
vesikula, yang mengandung neurotransmiter berpindah ke ujung akson ,
pemanjangan sel saraf yang melepas molekul transmiter sebagai sinyal kimiawi ke sel saraf sebelahnya.
5. Dalam pengaturan aktivitas biokimiawi dalam sel
Sitoskeleton
dapat mengahantarkan gaya mekanis dari permukaan sel ke bagiaan
dalamnya, bahkan keserabut lain, kedalam nukleus. Seperti, terjadi
pengaturan ulang secara spontan susunan nukleoli dan struktur lain dalam
nukleus.
Struktur bentukan sitoskeleton
Hanya
dengan tiga tipe filamen, struktur sel dapat bervariasi antara satu sel
dengan sel lainnya. Efektivitas kerja ketiga filamen protein ini
bergantung pada jumlah protein asesori yang menghubungkan filamen ke
komponen sel lain. Protein asesori penting untuk mengontrol perakitan
filamen sitoskeleton pada posisi tertentu, termasuk di dalamnya protein
motorik yang mengerakkan organel pada filamen atau filamen itu sendiri.
Susunan struktur filamen ini mirip barisan semut. Tersusun rapih dan
jika ada yang meninggalkan rombongan, barisan dapat menyusun kembali
dalam kecepatan tinggi.
Sitoskeleton
berdasarkan struktur dan garis tengahnya, dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yaitu mikrotubulus, mikrofilamen, dan filament intermediet.
1. Mikrotubulus
Mikrotubulus atau mikrotubula adalah tabung yang disusun dari
mikrotubulin. Mikrotubulus dibagi menjadi dua, yaitu mikrotubulus
singlet dan mikrotubulus doublet. Mikrotubulus memiliki dua ujung, yaitu
ujung negatif yang terhubung dengan pusat pengatur mikrotubulus, dan
ujung positif yang berada di dekat membran plasma. Organel dapat
meluncur di sepanjang mikrotubulus untuk mencapai posisi yang berbeda di
dalam sel, terutama saat pembelahan sel.
Penemuan Mikrotubulus
Penemuan keberadaan mikrotubulus (jamak: mikrotubuli) baru terungkap pada saat Keith Porter
dan sejawatnya mengembangkan suatu cara untuk melihat sel tanpa
penyelubungan (embedding) dan penyayatan, namun dengan menggunakan HVEM (high voltage electron microscope), menunjukkan
bahwa bagian sitoplasma yang berada di sela-sela organela tampak penuh
dengan anyaman trimatra dari benang-benang yang sangat halus yang juga
disebut jejala mikrotrabekular serta terdapat pula filamen-filamen yang
bermatra lebih besar yang di kelompokkan menjadi mikrotubulus,
mikrofilamen, dan filamen intermedia. Kemudian diadakan penelitian lebih
lanjut mengenai filamen-filamen tersebut yang salah satunya adalah
mikrotubulus.Bagian-bagian mikrotubulus
Mikrotubulus
ditemukan dalam sitoplasma semua sel eukariotik. Mikrotubulus itu
berupa batang lurus dan berongga. Mikrotubulus berukuran kecil,
melengkung, berbentuk silindris, dan kaku, dimana ditemukan di setiap
sel yang sedang mengalami pembelahan. Mikrotubulus tersusun atas protein
yang dikenal sebagai tubulin. struktur mikrotubul sangat menarik hampir
sama di semua jenis organisme.
Analisis
ultrastruktural secara negatif menunjukan noda pada potongan
mikrotubul, ini menunjukan bahwa dindingnya ialah polimer yang tersusun
atau subunit globular. Pemeriksaan potongan melintang dari dinding
mikrotubulus menunjukan biasanya 13 subunit yang memutar sehingga
membentuk dinding. Ketika permukaannya dilakukan secara membujur maka
memperlihatkan protofilament. Ketika mikrotubul yang retak, 13
protofilament pembuat dinding tersebut dapat dilihat, menandakan
perkumpulan dari subunit mengitari dinding mikrotubul. Satu berkas dari
subunit-subunit tadi terlihat berpola spiral seperti bentuk sekrup.
Setiap molekul rantai-rantai protein tubulin yang membentuk spiral
merupakan heterodimer yang terdiri dari dua subunit globular yang
terikat erat. Subunit-subunit tersebut merupakan protein sejenis yang
diberi nama α-tubulin dan β-tubulin. Kedua protein tersebut diperkirakan
berat molekulnya kira-kira 54.000 dalton yang mempunyai hubungan dengan
struktur dan urutan asam amino yang kiranya berasal dari leluhur
protein pada awal periode evolusi, Masing-masing protein terdiri dari
ikatan polipeptida tunggal yang panjangnya sekitar 500 asam amino.
Spiral ini membentuk tabung berlubang yang panjangnya dari 200 nm hingga
25 µm dengan diameter 25 nm dan tebal 5nm.
Mikrotubulus
dapat dibongkar dan tubulinnya digunakan untuk membangun mikrotubulus
di mana saja di dalam sel. Penambahan untuk tubulin yang mana tercatat
80-95% dari kandungan protein di mikrotubul ialah MAPs (Microtubule-associated proteins) yang juga hadir di organel dan sekarang ini sedang diteliti secara intensif
Pembentukan Mikrotubulus
Dalam
banyak sel, mikrotubulus tumbuh dari sentrosom, suatu daerah yang
terletak dekat nukleus. Mikrotubulus memanjang dengan menambah molekul
tubulin di ujung-ujungnya. Tubulin dapat berpolimerisasi membentuk
mikrotubulus. Percobaan polimerisasi dapat dibuat dengan campuran
tubulin, larutan penyangga, dan GTP pada suhu 37 °C. Dalam tahapannya,
jumlah polimer mikrotubulus mengikuti kurva sigmoid. Pada fase lag, tiap
molekul tubulin berasosiasi untuk membentuk agregat yang agak stabil.
Beberapa di antaranya berlanjut membentuk mikrotubulus. Saat elongasi,
tiap subunit berikatan dengan ujung ujung mikrotubulus. Saat fase plato,
(mirip fase log pada pembelahan sel), polimerisasi dan depolimerisasi
berlangsung secara seimbang karena jumlah tubulin bebas yang ada
pas-pasan.
Dalam
pembentukan mikrotubulus, sebelum molekul-molekul tubulin menjadi
mikrotubulus, telebih dahulu menyusun diri membentuk protofilamen dengan
jalan subunit β-tubulin dari sebuah molekul tubulin berlekatan dengan
subunit α dari molekul tubulin yang lain yang berada di sampingnya.
Sebuah mikrotubulus yang juga terdiri dari 13 protofilamen yang tersusun
membentuk suatu lingkaran. Jika 3 buah protofilamen dari sebuah
mikrotubulus (mikrotubulus A), juga menjadi milik mikrotubulus lain
(mikrotubulus B), maka dua buah mikrotubulus tersebut di beri nama
doublet. Mikrotubulus memiliki kutub positif, yaitu kutub yang
pertumbuhannya cepat, dan kutub negatif yaitu kutub yang pertumbuhannya
lambat. Hal ini di sebabkan oleh susunan profilamen yang sejajar satu
terhadap yang lain dan sesuai dengan polaritas masing-masing.
Pengelompokan mikrotubulus
a.Mikrotubulus stabil adalah mikrotubulus yang dapat diawetkan dengan larutan fisikatif apapun, misalnya MnO4 atau aldehida dan suhu berapapun. Contoh mikrotubulus stabil adalah pembentukan silia dan flagella.
b. Mikrotubulus labil adalahmikrotubulus yang dapat diawetkan hanya dengan larutan fisikatif aldehida dan pada suhu sekitar 4o C. Contoh yakni mikrotubulus pembentuk gelendong pembelahan. Sifat kelabilan mikrotubulus ini berguna untuk menerangkan arah pertumbuhannya. Mikrotubulus yang kedua ujungnya terdapat bebas di dalam sitoplasma akan segera lenyap. Mikrotubulus yang tumbuh dengan ujung negatif melekat pada sentroma dapat dibuat stabil apabila ujung positifnya dilindungi sehingga menghalangi terjadinya depolimerisasi.
c. Mikrotubulus singlet
d. Mikrotubulus doublet
Kegiatan dan fungsi mikrotubulus
Mikrotubulus menjalankan beberapa fungsi yaitu:a. Sarana transport material di dalam sel
b. Sebagai struktur supporting bagi fungsi-fungsi organel lainnya
c. Mempertahankan bentuk sel (sebagai “balok” penahan-tekanan)
d. Pergerakan kromosom dalam pembelahan sel, serta pergerakan
organel.
Mikrotubulus juga dapat berfungsi untuk pergerakan sel,
yaitu menggetarkan silia dan flagel (alat bantu pergerakan yang
menonjol dari sebagian sel). Silia umumnya relatif pendek daripada
flagel (panjangnya 5-10 µm vs 150 µm) dan jumlahnya lebih banyak.
Sekalipun berbeda dalam hal panjang, jumlah per sel, dan pola
kibasannya, silia dan flagel sebenarnya memiliki kesamaan ultrastruktur.
Unsur-unsur aksoneme dari silia dan flagel hampir smua sama dan berisi
“9+2” susunan mikrotubula.
Mikrotubul pada silia dan flagela
Mikrotubulus
juga memiliki peran penting pada dinding sel tanaman. Dinding sel
tanaman adalah matriks ekstraseluler yang kokoh. Dinding sel ini terdiri
atas mikrofibrilis dalam banyak matriks polisakarida (sebagian besar
pektin dan hemiselusosa) dan glikoprotein yang saling silang. Pada
bagian korteks dari dinding sel, ada array mikrotubulus yang menentukan
posisi mikrofibrilis. Penyusunan mikrofibrilis ini menentukan arah
perkembangan dinding sel, bentuk akhir sel, serta pola pembelahan sel.
Dalam susunannya pada dinding sel, mikrofibrilis selulosa saling silang
dalam jaringan yang diikat oleh hemiselusosa. Jaringan ini saling
ekstensif dengan jaringan polisakarida pektin. Jaringan
selulosa-hemiselulosa memberi kekuatan tegangan sementara jaringan
pektin melawan kompresi. Pada dinding sel utama, jumlah ketiganya secara
kasar sama, tetapi lamela tengah memiliki lebih banyak pektin untuk
merekatkan sel yang berdekatan.
Kegiatan
dan fungsi mikrotubula sebagian besar berdasarkan kelabilannya. Salah
satu contoh yang mencolok adalah terbentuknya gelondong mitosis, yang
terbentuk setelah mikrotubula sitoplasma terurai setelah mitosis.
Mikrotubula ini umumnya sangat labil, cepat terakit dan cepat pula
terurai. Hal inilah yang menyebabkan sangat pekanya gelondong mitosis
terhadap pengaruh obat-obatan seperti “colcisine”. Obat
ini dapat menghentikan mitosis untuk beberapa menit. Senyawa-senyawa
yang memiliki kemampuan menghambat mitosis disebut dengan antimitosis.
Zat amitosis dapat mencegah sel membelah, sehingga dapat untuk
menghambat sel kanker.
Zat-zat tertentu penghambat
Zat – zat dibawah ini menghambatpolimerisasi mikrotubulin, dan sekarang dipakai sebagai obat (anti tumor), yaitu:
Colchicine, Colcemid dan Nocadozale
Mencegah penambahan molekul tubuli pada mikrotubuli,depolimerisasi
Vimbrastine dan Vincrictine
Depolimerisasi mikrotubuli (pada Vinca rosea)
Vincrictine
Mestabilkan mikrotubuli, sel tetap pada mitosis
2. Mikrofilamen atau filamen aktin
Mikrofilamen berupa rantai ganda protein yang saling bertaut. Memiliki diameter 7-8 nm. Rantai-rantai filamen ini tersusun atas bola-bola molekul protein yang disebut aktin. Aktin dibangun oleh suatu protein struktural aktin yang mempunyai dua bentuk, yakni :
1. Protein globuler monomer (G-aktin) BM 43.000 Dal
2. Protein serabut atau filamen aktin (F-aktin)
Berbeda
dengan mikrotubulus, mikrofilament cenderung sejajar dengan proses
pemanjangan ketika sel mulai memanjang. Akan tetapi, ketika pemanjangan
sel berlanjut maka mikrofilament menjadi makin melintang hingga hampir
sejajar dengan mikrotubulus.
Fungsi Mikrofilamen
a. Menahan tegangan ( gaya tarik )
Dengan
bergabung bersama protein lain, mikrofilamen sering membentuk jalinan
tiga dimensi persis didalam plasma membran, yang membantu mendukung
bentuk sel. Jalinan ini membuat korteks ( lapisan sitoplasmik luar)
memiliki kekentalan semi-padat seperti gel , yang berlawanan dengan
keadaan sitoplasma yang bersifat cair ( sol ).
b. Mengatur arah aliran sitoplasma
Jika arah mikrofilamen berubah maka, maka berubah pula arah aliran sitoplasma.
c. Kontraksi otot
Ribuan
filamen aktin disusun sejajar satu sama lain disepanjang sel otot,
diselingi filamen yang lebih tebal terbentuk dari protein disebut
miosin. Kontraksi sel otot terjadi akibat filamen aktin dan miosin yang
saling meluncur melewati yang lain, yang akan memperpendek selnya.
Konsep kontraksi otot
3. Filamen antara (Serabut antara) atau Filament Intermediet
Filamen
antara merupakan serabut penyusun sitoskeleton berupa rantai molekul
protein yang berbentuk untaian yang saling melilit. Disebut serabut
antara karena berukuran diantara ukuran mikrotubulus dan mikrofilamen Melintang membentuk tubulus dan setiap tubulus di bangun oleh 4 atau 5 protofilamen. Pada sel epidermis disebut tonofilamen , dan pada sel saraf disebut neurofilamen Filamen antara berukuran 8-12 nm, yang dapat berbentuk tunggal / kelompok. Filamen antara tersusun atas protein yang disebut fimentin.
Filamen
merupakan peralatan sel yang lebih permanen daripada mikrotubulus dan
mikrofilamen yang sering dibongkar pasang dalam berbagai macam keadaan
sel. Perlakuan kimiawi yang memindahkan mikrotubulus dan mikrofilamen
dari sitoplasma meninggalkan jalinan filamen antara dalam bentuk
aslinya.
Fungsi filamen antara, yakni :
1. Memperkuat bentuk sel dan posisi organel tertentu.
Misalnya
nukleus yang umunya terletak dalam suatu tempat yang terbuat dari
filamen antara, tetap berada ditempatnya karena adanya cabang- cabang
filamen yang membentang ke dalam sitoplasma.
2. Pembentukan laminan nukleus
Filamen antara yang lain membentuk lamina nukleus yang melapisi bagian dalam selubung nukleus.
3. Filamen antara mendukung sel
Uluran panjang ( akson ) dari sel saraf yang menghantarkan impuls diperkuat oleh satu kelas filamen antara.
- Intisari artikel :
Daftar Pustaka :
Anonim. 2005. Sitoskeleton dan Motilitas Sel. http://www.sith.itb.ac.id/profile1/pdf/bisel/4.SITOSKELETON%20DAN%20MOTILITAS%20SEL.pdf. Diakses 25 Oktober 2011.
Ardiyanto, Taufik. 2011. Makalah Mikrotubula. http://taufik ardiyanto.blogspot.com/2011/07/makalah-mikrotubula.html. Diakses pada 25 Oktober 2011.
Campbell,
Neil. A dan Jane B. Reece-Lawrence G. Mitchell. 2002. BIOLOGI Edisi
kelima Jilid 1. PT. Gelora Aksara Pratama: Jakarta. Diakses melalui http://books.google.co.id/books pada 9 November 2011.
Furqonita, Deswaty dan Tetty Setiawati. 2007. Biologi Interaktif Untuk SMA/MA Kelas XI. Diakses melalui http://books.google.co.id/books pada 9 November 2011.
Purnobasuki, Hery. 2010. Sitoskeleton. http://biologiunair.wordpress.com.Diakses pada 25 Oktober 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar